" FENOMENA PEDAGANG DURIAN MUSIMAN : PELUANG USAHA YANG MENGHIDUPKAN EKONOMI LOKAL DI PANGKALAN BUN "

" FENOMENA PEDAGANG DURIAN MUSIMAN : PELUANG USAHA YANG MENGHIDUPKAN EKONOMI LOKAL DI PANGKALAN BUN "

TARGET OPERASI - Kotawaringin Barat :

    Sudah hampir dua pekan ini, aroma durian yang menggoda dan harga yang ramah di kantong menarik perhatian warga Kotawaringin Barat. Panen raya durian tahun ini tidak hanya membanjiri pasar lokal, tetapi juga membuka peluang usaha dadakan bagi banyak masyarakat. Pedagang musiman bermunculan di berbagai sudut strategis kota, mulai dari Jalan Pangeran Diponegoro,Jalan Iskandar/Bundaran Pancasila, hingga sekitar Pasar Indra Sari di Jalan Pangeran Antasari.

    Salah satu fenomena yang menarik adalah munculnya pedagang-pedagang dari profesi yang tidak biasa. Seperti Amat, yang merupakan seorang wartawan, memanfaatkan waktu senggangnya dengan membuka lapak durian di sekitar pemakaman muslim Skip di Jalan Pangeran Diponegoro. Tempat ini, yang terkenal strategis sebagai lokasi berkumpulnya pencinta durian, kini menjadi saksi kesibukan para pedagang musiman.

    “Saya biasanya menulis dan mengedit berita, tetapi hampir dua pekan ini saya mencoba peruntungan dengan menjadi pedagang durian. Lumayan sekali hasilnya, hanya dalam waktu dua minggu saya bisa mendapatkan penghasilan tambahan yang hampir setara dengan penghasilan sebagai wartawan,” Ungkap Amat sambil bercanda dan melayani pembeli.

    Tidak hanya Amat, banyak ibu rumah tangga seperti Suci, warga Kelurahan Baru, yang turut meramaikan suasana ini. Dengan bantuan suaminya, ia membuka lapak sederhana di Jalan Ahmad Yani. Berkat panen raya, Suci bisa menjual durian berkualitas dengan harga bersahabat.

    “Hanya dalam dua hari, stok saya sudah habis. Durian lokal dari Arut Utara yang masak alami di pohon menjadi favorit pembeli. Harganya juga bersaing, mulai dari Rp20-30 ribu per buah untuk ukuran besar,” ungkap Suci dengan senyum puas.

    Fenomena ini juga menarik perhatian warga yang sebelumnya tidak pernah berjualan. Fauji, seorang tukang bangunan, mengambil kesempatan ini dengan menjual durian langsung dari petani di Arut Utara dan Lamandau. Berbekal mobil pick up, ia dan istrinya bolak-balik membawa durian ke Pangkalan Bun.

“Saya borong durian dari petani, lalu jual sini. Meski hanya sampingan, hasilnya sangat membantu keuangan keluarga,” Ungkap Fauji yang mengaku sudah dua minggu menggeluti bisnis ini.

    Beberapa lokasi menjadi pusat perdagangan durian musiman, seperti bundaran Pancasila yang selalu dipadati pembeli setiap sore hingga malam hari. Suasana semakin ramai ketika pembeli tidak hanya membawa pulang durian tetapi juga langsung menikmatinya di tempat.

    “Rasanya lebih nikmat makan di sini sambil ngobrol dengan pedagang. Harganya pun murah, enam biji sedang hanya Rp100 ribu,” kata salah satu pembeli, Gita yang datang bersama keluarganya.

    Meski durian dari Lamandau dan daerah lain seperti Kalimantan Barat juga membanjiri pasar, durian lokal yang masak alami tetap menjadi primadona. Cita rasa manis dan legitnya dianggap lebih unggul, meskipun selisih harganya tidak terlalu besar di tengah panen raya.

    Fenomena pedagang musiman ini tidak hanya membawa berkah ekonomi bagi masyarakat, tetapi juga menciptakan suasana kota yang lebih hidup. Antusiasme warga untuk membeli dan menikmati durian secara langsung di lapak-lapak dadakan menjadi momen spesial yang jarang terjadi.

    “Durian ini bukan sekadar buah, tetapi juga rezeki yang merata untuk semua. Kami berharap musim ini terus membawa keberkahan,” pungkas Amat, yang sudah berencana memperbesar lapaknya jika musim panen ini berlangsung lebih lama.

    Dengan peluang besar yang ditawarkan musim durian, banyak masyarakat kini melihat profesi pedagang musiman sebagai solusi cerdas untuk memanfaatkan momen dan meningkatkan penghasilan. Fenomena ini menjadi bukti bahwa kreativitas dan keberanian mencoba sesuatu yang baru bisa membawa manfaat besar, baik untuk diri sendiri maupun masyarakat sekitar.

(SUBAN/MASRAN)