" PERJUANGAN MANDIRI WARGA DESA RANGDA MENUJU PERADABAN DAN MASA DEPAN YANG LEBIH BAIK "
TARGET OPERASI - Kotawaringin Barat :
Desa Rangda, sebuah desa di Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah yang kini berada di ambang perubahan besar. Setelah 79 tahun Indonesia merdeka, desa yang berjarak 125 kilometer dari Kota Pangkalan Bun ini belum pernah merasakan listrik. Namun, semangat dan kerja keras masyarakatnya menciptakan harapan baru. Melalui inisiatif swadaya, warga Desa Rangda berhasil membuka jalan alternatif yang akan mempermudah akses ke desanya, sekaligus membuka peluang untuk menikmati listrik dan fasilitas lainnya
Pembukaan jalan ini dimulai dari jalur poros Pangkalan Bun - Kotawaringin Lama, tepatnya di Kilometer 25, dan menembus jalur darat menuju Desa Rangda sejauh 14 kilometer. Saat ini, warga telah menyelesaikan 10 kilometer pertama, menyisakan hanya 4 kilometer lagi untuk menyambungkan jalur utama ke desa.
"Ini adalah mimpi besar kami. Dengan jalan ini, bukan hanya listrik, tetapi akses terhadap pendidikan, ekonomi, dan kesehatan akan terbuka lebar," Ungkap Indra Kursani, koordinator lapangan yang memimpin gerakan swadaya ini.
Lokasi pembangunan jalan ini berada di Natai Bulin, Kilometer 25 Jalan Pangkalan Bun - Kotawaringin Lama, yang juga merupakan perbatasan antara Desa Rangda, Kecamatan Arut Selatan, dan Kelurahan Kotawaringin Hulu, Kecamatan Kotawaringin Lama. Bagi masyarakat, jalan ini lebih dari sekadar akses fisik. Ini adalah simbol harapan setelah puluhan tahun menghadapi keterbatasan.
Proses pembukaan jalan dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat secara swadaya,dengan menyewa alat berat berupa Excavator untuk membuka dan membuat jalan dari Desa Rangda kearah kilometer 25 Jalan poros Pangkalan Bun - Kotawaringin Lama. Banyak tantangan yang dihadapi, termasuk medan yang sulit dan minimnya dukungan logistik. Namun, semangat warga tidak surut.
"Kami melakukannya demi anak cucu kami. Generasi mendatang tidak boleh mengalami keterbatasan seperti yang kami rasakan selama ini. Bukan hanya soal adanya jalan alternatif saja, tetapi soal kehidupan yang layak dan soal hak kami sebagai masyarakat yang selama ini seperti terabaikan." tambah Indra.
Warga Desa Rangda juga mengungkap kekecewaannya terhadap lambannya respon Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat. Selama bertahun-tahun, desa mereka terisolasi tanpa ada upaya signifikan untuk membangun infrastruktur dasar.
"Kami bekerja keras membuka jalan ini, bukan karena kami ingin mengambil alih tugas pemerintah. Tetapi karena kami sudah tidak punya pilihan. Ini tanggung jawab siapa sebenarnya? Tegas Indra.
Jalan alternatif ini nantinya tidak hanya mempersingkat jarak menuju Desa Rangda dari Pangkalan Bun menjadi hanya 14 kilometer, tetapi juga akan menjadi jalur utama yang memungkinkan masuknya berbagai fasilitas modern. Dengan terbukanya akses ini, potensi masuknya listrik desa semakin besar. Selain itu, konektivitas yang lebih baik juga akan memacu perkembangan ekonomi desa, seperti pemasaran hasil pertanian dan produk lokal.
Meski masyarakat telah membuktikan kemampuannya melalui swadaya, mereka berharap adanya perhatian dan dukungan dari pemerintah. "Kami butuh bantuan untuk menyelesaikan jalan ini dan memastikan desa kami mendapatkan sambungan listrik. Kami ingin Desa Rangda maju seperti desa-desa lain di Indonesia," tegas Indra.
Masyarakat juga berharap adanya bantuan teknis untuk memperkuat jalan yang telah dibuka dan percepatan program listrik desa yang selama ini dinantikan.
Pembukaan jalan alternatif ini menjadi bukti nyata bahwa kekuatan kebersamaan mampu mengatasi keterbatasan. Desa Rangda kini berada di persimpangan penting, siap melangkah menuju era baru yang lebih terang. Jika pemerintah dan pihak-pihak terkait dapat memberikan dukungan maksimal, Desa Rangda tidak hanya akan memiliki akses listrik, tetapi juga menjadi inspirasi bagi desa-desa terpencil lainnya di Indonesia.
"Ini bukan hanya soal jalan. Ini soal kebanggaan kami sebagai warga Indonesia yang ingin berdiri setara dengan yang lain" imbuh kursani.
"Kami tidak minta banyak, hanya hak kami sebagai warga negara. Apakah kami harus menunggu lebih lama lagi untuk listrik, air bersih, jalan dan kehidupan yang layak?" ungkap warga rangda yang lain.
Desa Rangda adalah cerminan semangat rakyat yang tak kenal menyerah. Dengan selesainya jalan alternatif ini, mimpi mereka untuk hidup lebih layak akan segera menjadi kenyataan. "Kami percaya, masa depan Desa Rangda akan jauh lebih baik," pungkas Indra dengan penuh harap.
Pada Kamis (26/12/2024), Tim Media Target Operasi turun langsung ke lokasi pembangunan jalan untuk melihat perjuangan warga Desa Rangda. Ditengah medan yang sulit, semangat warga tetap tinggi meskipun sampai saat ini harus bekerja mandiri dan belum mendapatkan dukungan serta bantuan dari pemerintah daerah.
"Medannya sangat menantang, kami harus berjalan kaki lebih dari lima kilometer untuk sampai dan mengecek lokasi pembukaan jalan ini. Tetapi semangat warga desa Rangda jauh lebih besar dari kesulitan yang mereka hadapi. Ini adalah bukti nyata kekuatan gotong royong serta kebersamaan dan kamipun bangga bisa bertemu juga bersama dengan orang-orang hebat seperti mereka" Ungkap salah satu anggota Tim Target Operasi.
Kini, Desa Rangda hanya selangkah lagi menuju perubahan besar. Namun, perjuangan warga harus diikuti oleh langkah nyata Pemerintah Kobar untuk mewujudkan harapan mereka. Desa Rangda adalah simbol perjuangan masyarakat yang tidak menyerah meski menghadapi keterbatasan. Pemerintah Kobar memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa perubahan ini menjadi berkelanjutan.
Perjuangan warga Desa Rangda telah menunjukkan bahwa suara kecil bisa menjadi kekuatan besar. Namun, tanpa dukungan pemerintah mimpi mereka untuk keluar dari keterisoliran hanya akan menjadi angan. Kini, bola ada di tangan pemerintah. Apakah mereka akan menyambut perjuangan ini, atau membiarkan Desa Rangda terus berjuang sendiri di tengah kegelapan?
(SUBAN)