“ HARMONI DI BUMI MARUNTING BATU AJI: PAWAI NASI ADAB MERIAHKAN HUT KE-66 KOBAR, SIMBOL PERSATUAN DALAM KEBERAGAMAN ”
TARGET OPERASI - Kotawaringin Barat :
Suasana pagi di Kota Pangkalan Bun berubah menjadi lautan warna dan kegembiraan. Ribuan warga dari berbagai lapisan masyarakat tumpah ruah di jalanan utama menebar senyum dan semangat kebersamaan untuk mengikuti Pawai Nasi Adab, sebuah tradisi leluhur yang sakral dan selalu menjadi ikon budaya di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar).
Diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Jadi ke-66 Kabupaten Kobar, kegiatan ini menjadi cerminan kuatnya semangat gotong royong, kebersamaan, dan rasa syukur masyarakat atas perjalanan panjang daerah berjuluk Bumi Marunting Batu Aji tersebut. Tahun ini, kegiatan berlangsung megah dan penuh makna dengan mengusung tema "Bersatu Wujudkan, Kobar Makin Jaya".
Tepat didepan Rumah Jabatan Bupati Kobar, di Jalan Pangeran Antasari, Kelurahan Raja, Kecamatan Arut Selatan, pawai secara resmi dilepas oleh Bupati Hj. Nurhidayah, S.H., M.H. dengan iringan tabuhan musik tradisional dan aroma wangi nasi adab yang menguar di udara melambangkan doa dan kebersamaan antarwarga. Peserta pawai datang dari berbagai kalangan, mulai dari tingkatan Pelajar, SOPD, BUMN, BUMD, hingga masyarakat umum. Tercatat lebih dari 150 peserta turut memeriahkan kegiatan budaya ini. Mereka berjalan beriringan menyusuri Jalan Pangeran Antasari menuju Lapangan Tarmili Kelurahan Raja, menampilkan ragam kreasi budaya yang menakjubkan sebagai simbol kearifan lokal dan nilai-nilai adat masyarakat setempat.

Setiap kelompok peserta membawa gunungan nasi adab yaitu nasi ketan kuning yang dihias dengan telur rebus, aneka lauk pauk, serta ornamen tradisional seperti hiasan kembang serai sebagai simbol adat, doa, dan rasa syukur. Dalam filosofi masyarakat Kobar, nasi adab bukan sekadar hidangan, melainkan lambang keharmonisan dan penghormatan terhadap nilai-nilai leluhur.
Tak hanya nasi adab, acara ini semakin khas oleh penampilan peserta pawai yang bertambah elok dengan balutan busana adat Kobar yaitu baju kurung dan teluk belanga. Selain itu tampak pula parade busana adat nusantara, tari-tarian daerah, hingga hiasan perahu mini yang menggambarkan kekayaan budaya dan semangat maritim di Kabupaten Kotawaringin Barat. Di sepanjang rute yang dilalui, tepuk tangan dan sorak penonton menggema di udara menjadi irama penyemangat yang menambah meriah suasana. Anak-anak kecil berlarian sambil melambai bendera merah putih, sementara para orang tua dengan bangga menyaksikan generasi muda menjaga warisan leluhur.
Bupati Hj. Nurhidayah dalam sambutannya menyampaikan rasa bangga atas partisipasi masyarakat yang luar biasa. “Pawai Nasi Adab ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya bukan sekadar untuk hiburan ataupun perayaan, tapi perwujudan rasa syukur dan kebersamaan kita. Melalui kegiatan ini, kita rawat jati diri dan nilai-nilai luhur yang diwariskan para pendahulu,” ungkap Bupati
“Mari kita tingkatkan kesadaran untuk melestarikan budaya ini agar terus hidup dan diwariskan kepada generasi muda sebagai identitas kebanggaan masyarakat Kotawaringin Barat,” tambahnya.
Lebih lanjut, Bupati menegaskan bahwa Kobar adalah rumah besar bagi keberagaman dimana setiap etnis dan budaya hidup berdampingan dalam harmoni. "Kobar kaya akan warisan sejarah dan budaya, diperkuat dengan adanya akulturasi dari berbagai daerah. Justru keberagaman itulah yang memperkaya jati diri dan memperkuat semangat persatuan kita," imbuhnya.
Pawai Nasi Adab kini bukan hanya seremoni tahunan, tetapi telah menjadi ruang edukasi budaya. Para pelajar yang terlibat belajar langsung tentang filosofi adat, nilai kesopanan, dan semangat kebersamaan yang terkandung dalam tradisi ini. Tak heran jika setiap tahun, kegiatan ini menjadi magnet kebersamaan yang mempertemukan generasi tua dan muda dalam satu irama budaya yang sarat makna. Selain memperkuat karakter lokal, kegiatan ini juga mendukung pengembangan pariwisata berbasis budaya yang diharapkan menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Dalam adat Kotawaringin, nasi adab melambangkan “adat yang mempersatukan” adab terhadap sesama manusia, adab kepada alam, dan adab kepada Sang Pencipta. Melalui simbol sederhana ini, masyarakat diajak untuk terus menjaga harmoni dalam kehidupan sosial, budaya, dan spiritual.
Tradisi ini menjadi cermin bahwa kemajuan daerah tidak berarti meninggalkan akar budaya, melainkan menumbuhkan kebanggaan baru atas warisan leluhur.
Pawai Nasi Adab tahun ini menjadi bukti bahwa modernitas tidak harus menyingkirkan adat, melainkan bisa berjalan beriringan dalam semangat kemajuan. Dari iringan musik tradisional hingga parade kostum adat yang memukau, semuanya menguatkan pesan bahwa Kobar bukan sekadar daerah yang berkembang tetapi daerah yang maju dengan jiwa yang beradab hingga menjadikan Kotawaringin Barat sebagai contoh nyata daerah yang maju tanpa kehilangan jati diri. “Budaya bukan sekadar masa lalu. Ia adalah napas yang menjaga masa depan,” ungkap salah satu peserta pawai dari komunitas adat Arut Selatan dengan senyum bangga.
( SUBAN / MUKHLIS )