" MELAWAN FITNAH : TOKOH SUKAMAKMUR TEGAS MENOLAK HOAKS DAN PROPAGANDA POLITIK KOTOR "

TARGET OPERASI - Desa Sukamakmur :
Hoaks yang menyerang nama baik Muhammad Toha, mantan Kepala Desa Sukamakmur sekaligus anggota DPRD Kotawaringin Barat yang baru dilantik, memantik reaksi keras dari berbagai tokoh masyarakat. Tidak hanya sebagai pembelaan, pernyataan mereka sekaligus menjadi ajakan edukatif untuk melawan politik kotor yang dapat merusak demokrasi dan tatanan sosial.
Nur Afni yang menjabat sebagai Ketua BPD Desa Sukamakmur, menyebut penyebaran hoaks sebagai kejahatan moral dan sosial yang merugikan masyarakat. “Hoaks adalah alat bagi mereka yang tidak mampu bersaing secara sehat. Mereka menyebar fitnah untuk menjatuhkan orang yang bekerja keras dan berprestasi. Ini harus dihentikan!” serunya.
Ia menambahkan bahwa masyarakat harus lebih cerdas dalam menilai informasi di media sosial. “Jika kita terus membiarkan hoaks seperti ini beredar, kita akan kehilangan kepercayaan kepada pemimpin yang benar-benar bekerja untuk rakyat. Masyarakat harus berani mengatakan ‘tidak’ kepada kebohongan,” Ungkapnya.
Sapari, salah satu tokoh agama Sukamakmur, memberikan kritik tajam terhadap pembuat dan penyebar hoaks. “Hoaks tidak hanya mencemarkan nama baik seseorang, tetapi juga merusak tatanan sosial dan moral bangsa. Dalam agama, menyebarkan kebohongan adalah dosa besar. Kita harus melawan ini dengan kejujuran dan doa,” katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya pendidikan moral di masyarakat. “Hoaks tumbuh subur karena kurangnya nilai kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Semua pihak, termasuk tokoh agama, harus berperan aktif dalam membangun masyarakat yang lebih bermoral,” tambahnya.
Kepala Desa Sukamakmur, Nur Cahyo, menyampaikan bahwa kasus hoaks ini menjadi pengingat pentingnya literasi digital di era modern. Ia mengkritik kebiasaan sebagian masyarakat yang terlalu cepat menyebarkan informasi tanpa memverifikasi kebenarannya.
“Sekarang ini, setiap orang bisa jadi ‘jurnalis’ di media sosial, tetapi tidak semua orang bertanggung jawab atas apa yang mereka sebarkan. Ini masalah besar. Literasi digital harus menjadi fokus utama kita, baik di sekolah, di rumah, maupun di komunitas,” tegasnya.
Nur Cahyo juga mengajak masyarakat untuk bersikap proaktif dalam melawan hoaks. “Jangan hanya diam. Jika Anda menemukan informasi yang mencurigakan, tanyakan kebenarannya. Laporkan jika itu adalah kebohongan,” katanya.
Bagaimana Masyarakat Bisa Melawan Hoaks?
1. Tingkatkan Literasi Digital:
Ikuti pelatihan atau seminar tentang literasi digital. Pelajari cara membedakan informasi yang valid dan hoaks. Jangan hanya membaca judul; baca keseluruhan isi dan cek sumbernya.
2. Jadilah Warga Digital yang Bertanggung Jawab:
Jangan langsung membagikan informasi yang belum terverifikasi. Jika menemukan hoaks, gunakan fitur pelaporan di media sosial. Diskusikan informasi mencurigakan dengan orang yang lebih paham.
3. Tekankan Pendidikan Moral dan Etika:
Ajarkan kepada anak-anak dan remaja tentang pentingnya berkata jujur. Libatkan komunitas dalam kampanye melawan hoaks, seperti gerakan sosial “Bersih dari Hoaks.”
4. Dorong Transparansi Pemerintah:
Pemerintah desa harus terus meningkatkan transparansi dalam setiap kebijakan dan laporan publik. Gunakan platform digital resmi untuk mengklarifikasi isu-isu yang berkembang.
Ponidi, Wakil Ketua BPD Desa Sukamakmur, memberikan pesan terakhir yang menyentuh. “Hoaks adalah racun yang perlahan-lahan membunuh demokrasi kita. Mari kita lindungi pemimpin yang jujur dan bekerja keras. Jangan biarkan kebohongan menang,” ujarnya.
Sapari menambahkan, “Kebenaran selalu lebih kuat dari kebohongan. Tapi kebenaran membutuhkan dukungan kita semua. Bersama, kita bisa melawan hoaks dan membangun masa depan yang lebih baik.”
Pernyataan para tokoh ini menegaskan bahwa masyarakat Sukamakmur berdiri teguh melawan fitnah dan hoaks, sekaligus menjadi pengingat bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk bersikap kritis, bijaksana, dan bertanggung jawab dalam era informasi yang semakin kompleks ini.
( SUBAN )