" DPC GERBANG DAYAK KOBAR BERGABUNG DALAM LAUTAN MERAH PERJUANGAN DI RAKERNAS II DAN HUT KE-6 KERAMAT LUANG GRAHA ”

TARGET OPERASI - Kotawaringin Barat :
Di tengah hamparan hutan Kalimantan yang masih setia memeluk akar leluhur, gegap gempita merah pasukan Antang Dayak meledak dalam dentum budaya yang menggetarkan jiwa. Lebih dari 500 jiwa berkumpul, satu semangat, satu derap langkah, satu komando adat. Dari 17 hingga 21 Juli 2025, Desa Rubung Buyung, Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur, menjadi saksi sejarah dalam rangkaian acara Rakernas II dan Hari Ulang Tahun ke-6 Keramat Luang Graha yang merupakan sebuah panggilan sakral bagi para penjaga marwah tanah dan tradisi Dayak.
Mengusung tema "Kokoh Dalam Persatuan, Tegas Dalam Perjuangan, Lestari Dalam Budaya" acara ini menjadi momentum kebangkitan dan konsolidasi kekuatan pasukan merah antang dayak yang bukan hanya sebagai simbol adat, tetapi sebagai gerakan sosial dan kebudayaan yang tumbuh dari akar masyarakat Dayak sendiri.
Dalam gelora yang tak biasa, DPC Gerbang Dayak Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) hadir bukan sekadar sebagai peserta, tapi sebagai pembawa semangat zaman. Dipimpin langsung oleh Ketua, Sunarto atau yang akrab di sapa Fadli, bersama keluarga dan pengurus inti seperti Fitri Boga Artanti selaku Humas, serta Subandrio dan Richard Paul sebagai Koordinator Humas. Rombongan ini tak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga membawa pesan damai dan keberagaman serta persatuan dari barat Kalimantan Tengah untuk menyatu dengan bara di timur. “Kami datang bukan hanya membawa nama DPC, tapi membawa niat tulus untuk menyambung tali silaturahmi dan persaudaraan. Kami juga datang membawa jiwa, bukan sekadar struktur. Ini perjalanan suci, bukan kunjungan biasa. Semoga semangat Rakernas dan Ulang tahun Keramat Luang Graha ini memperkuat perjuangan kita semua menjaga tanah, budaya, dan kehormatan,” ungkap Fadli dengan penuh semangat.
Salah satu momen paling menyentuh datang dari Fitri Boga Artanti, Humas DPC Gerbang Dayak Kobar, yang untuk pertama kalinya mengikuti ritual badudus/bapandui, yakni proses penyucian diri dalam spiritualitas Dayak, sebagai tahapan pengukuhan menjadi bagian dari Pasukan Merah Antang Dayak. Dalam kesempatan khusus, Humas DPC Gerbang Dayak Kobar menyampaikan apresiasi yang mendalam atas ruang inklusif dan toleransi yang hidup dalam organisasi Gerbang Dayak. Di mana para anggota yang beragama Islam / muslim seperti yang berasal dari Kobar sangat dihormati dan dihargai sepenuhnya tanpa sekat dan diskriminasi. “Kami merasakan hangatnya persaudaraan. Di Gerbang Dayak, keberagaman adalah kekuatan bukan perbedaan. Inilah wajah sejati Dayak yang berani, bersatu, dan berbudaya. Air yang membasahi tubuh kami bukan sekadar air. Itu adalah doa leluhur. Dan di sana, sebagai seorang Muslimah, saya dihormati sepenuhnya tanpa paksaan, tanpa diskriminasi. Di Gerbang Dayak, perbedaan bukan jurang, melainkan jembatan persaudaraan. Disini kami tidak hanya diterima tetapi kami dirangkul. Bang Kimang sebagai Ketua Umum pun memperlakukan semua anggota sebagai keluarga tidak ada sekat,” ungkap Fitri penuh ketulusan sambil menahan haru.
Di balik kilau cahaya malam, prosesi adat badudus / bapandui berjalan sakral dan penuh makna. Pasukan merah antang dayak berbaris, roh-roh leluhur seakan hadir, menyatu dalam gemuruh doa-doa suci yang dilantunkan. Rubung Buyung pun menjadi kawah candradimuka kebudayaan Dayak memurnikan semangat, menguatkan ikatan, dan menabalkan tekad.
Acara ini dipimpin langsung oleh Ketua Umum Gerbang Dayak,
Sang Panglima tertinggi Pasukan Merah Antang Dayak Kimang Damai, dengan gelar sakralnya Panglima Naga Bajela Bulau, menyampaikan pidato monumental yang membakar semangat pasukan dan seluruh elemen masyarakat adat. "Jangan pernah lelah menjaga budaya. Jangan pernah mundur dari perjuangan. Dayak adalah akar, bukan ranting. Kita berdiri bukan karena dipanggil, tapi karena darah ini tahu: tanah kita butuh penjaga! Persatuan adalah warisan. Tanah ini bukan sekadar bumi, ini darah nenek moyang kita. Hutan bukan hanya kayu, tapi roh-roh penjaga hidup. Budaya bukan hiburan, tapi benteng peradaban. Jangan biarkan zaman menghapus jejak kita! ” serunya di sambut gegap gempita para peserta.
Dalam suasana khidmat dan megah, seluruh peserta Rakernas II bersatu dalam satu nafas perjuangan: menjaga tanah, menegakkan adat, dan menyambung nyawa budaya untuk generasi Dayak yang akan datang.Mereka menjadi representasi bahwa Gerbang Dayak bukan sekadar organisasi, melainkan gerakan jiwa yang menyatukan perbedaan dalam pelukan adat. Rakernas II dan HUT Ke-6 Keramat Luang Graha ini tidak hanya mengukuhkan struktur organisasi, tapi juga menghidupkan kembali bara tekad bersama untuk menjaga hutan, adat, dan kehormatan.
Rakernas ini bukan sekadar menyusun program. Ini adalah konsolidasi spiritual, politik adat, dan kebudayaan, yang meyakinkan semua bahwa Dayak tak pernah sendiri, tak pernah gentar, dan tak pernah menyerah menjaga hak atas tanah, hutan, dan identitas. “Kami DPC Gerbang Dayak Kobar bersumpah setia menjaga nilai-nilai warisan leluhur. Kami siap berdiri di baris depan, dalam damai atau dalam tantangan,” tutup Fadli penuh semangat.
Semboyan itu bukan hanya tema, tapi telah menjadi nyawa yang menyatu dalam nadi para pewaris tanah ini. DPC Gerbang Dayak Kobar pulang bukan dengan tangan kosong, bara semangat yang berkobar di Rubung Buyung telah kembali dibawa ke kampung halaman untuk terus dinyalakan, diwariskan, dan dijaga.
Salam Pasukan Merah Antang Dayak! Gerbang Dayak tetap tegak! Dari bumi adat untuk masa depan yang bermartabat.
( SUBAN / IMAM )